Memaknai Sebuah Kritik

Krtik, Apa Sih?
Kritik digambarkan seperti seseorang yang sedang duduk pada sebuah kursi, sementara di bawahnya, tanpa ia sadari, ada seekor ular berbisa yang siap mematuk kakinya. Tiba-tiba datang beberapa orang yang memberitahunya. Seorang menyampaikannya dengan cara halus, dan lainnya dengan cara kasar. Gerangan apakakah yang terjadi? Bukannya memukul ular itu, justru orang-orang yang memberitahukan adanya bahaya tersebut malah dipukul. 

Sepenggal kalimat di atas saya peroleh ketika mendengar tausyah Aa' Gym (sambil mengingat-ingat, mohon maaf jika ada kesalahan) yang disampaikan pada sebuah radio swasta di Kota Solo, beberapa tahun silam.

Itulah kebanyakan yang terjadi pada kita, bahkan tidak luput juga dengan saya.
Cela atau aib seseorang, pastilah Allah tahu, dan Dia berkenan memberitahunya dengan cara maupun melalui siapa saja yang Ia kehendaki. Bisa berbentuk nasehat halus, obrolan atau guyonan, bahkan cacian. Bisa melalui lisan ulama, guru, orangtua, teman, kerabat, atau siapapun, sesuai kehendak-Nya.

Sudah semestinya kita bersyukur karena telah diberitahu tentang kekurangan atau kesalahan kita, bukan malah memukul orang yang mengkritik kita. Dengan kritiklah maka akan diketahui kekurangan yang mungkin tidak disadari/ketahui oleh diri kita. Kejernihan atau kekotoran hati seseorang akan Nampak ketika ditimpa kritik.

Pengkritik itu …?
Tiga sikap orang yang menyampaikan kritik, pertama, kritiknya dan cara menyampaikannya benar. Kedua, kritiknya benar tapi cara menyampaikannya tidak pas. Terakhir, kritik dan cara menyampaikannya tidak benar.
Apapun bentuknya, kritik bagi kita adalah sesuatu yang menguntungkan. Gunakan sebagai sarana untuk memperbaiki kekurangan atau kesalahan kita. Kritik tidak sama sekali menjadikan kita hina, jika dalam menghadapinya penuh dengan kebijakan atau kemuliaan. sikap positif thinking barangkali sangat diperlukan dalam memaknai suatu kritik.

“Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yunus: 65)

Seandaianya seisi dunia ini (jin dan manusia) menghina kita, jika Allah menghendaki kemuliaan pada diri kita, maka mereka itu tidak akan menjatuhkan kita dalam kehinaan. Laa haula wa laa quata ilaa billah.

Akhirnya
Untuk seseorang disana, saya mohon maaf atas tulisan saya beberapa waktu lalu yang telah membuat tidak berkenan. Hal ini mudah-mudahan dapat menjadi pembelajaran bagi saya untuk memperbaiki diri kedepannya. Saya sadar atas kekhilafan saya, namun jujur, semuai ini saya tujukan semata-mata untuk kebaikan. Saya merasa telah kehilangan kalian, sahabat yang, sungguh, sangat baik. Jasa kalian sangat indah bagi kami. Saya harap tali silaturahim kita dapat tersambung lagi, seperti sebelumnya.
Rabb, berkahi kami, jaga silaturahim kami, amin.
(dari beberapa sumber)

0 komentar:

Post a Comment