Situs Batu Kalde, Sebuah Keajaiban (2010)

 Situs Batu Kalde dan Keajaiban-Nya
perjalananku kali ini bersama Pak Yanto (Bambang Agus Sujanto), ini merupakan pertama kalinya tugas ke Provinsi Jawa Barat. dengan menaiki bus malam jurusan Tasikmalaya kami berangkat. hari itu bertepatan pada hari pertama Ramadhan 1431 H (2010). karena masih malam saat sampai di Tasikmalaya, kami menunggu subuh di sebuah pool bus yang kami naiki, kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Kantor Bupati Ciamis menggunakan mini bus.


singkat saja kami di Ciamis, karena setelah selesainya urusan, pada hari yang sama kami langsung melanjutkan perjalanan ke Inspektorat Kota Banjar. Ternyata Inspekturnya ialah beristrikan orang Bayat, lebih tepatnya Ndungan, sebuah desa yang tidak jauh dari tempat saya dilahirkan, beliau adalah Bp. Agus Eka Sumpena. ini adalah kejutan bagi saya. sambutan kepada kami pun cukup baik dan juga kooperatif.
kami lalu menginap di
sebuah hotel di dekat alun-alun Kota banjar yang tidak jauh juga dari stasiun. kami berbuka dan bersahur di samping hotel tempat kami menginap. selama dalam perjalanan kali ini kami menyempatkan berkunjung ke Pantai Pangandaran. sepi, itulah suasana yang dapat saya katakan, mungkin karena musim puasa jadi tidak banyak wisatawan yang datang.





selain melihat beberapa nelayan yang sedang melaut, kami juga menyambangi sebuah wana,  tempat beberapa hewan berada seperti monyet, rusa, berbagai burung, biawak, dll. monyet-monyet yang ada di sana sudah jinak, dibiarkan berkeliaran dan menyatu dengan penduduk, demikian pula dengan rusa. di sana dapat ditemui beberapa situs diantaranya situs goa Jepang, situl Batu Kalde dan beberapa situs lain. sayangnya kami tidak menelusuri semua sisi wana ini.


Keajaiban Itu Terlihat
terdapat satu hal unik yaitu pada pagar yang menuju situs batu kalde. pagar ini dibuat dari potongan-potongan batang kayu jati yang disusun menjadi pagar (lihat gambar).

pada potongan batang kayu jati yang menggantung tanah tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa batang tersebut tumbuh daun, artinya batang tersebut hidup. ini menakjubkan, karena menurut kami batang-batang tersebut sudah lama dibuat, terbukti dari batang-batang lainnya yang sudah mongering, dan bukan tampak baru. Subhanallah.

selain wana, terdapat pula hamparan pasir putih di sebelah barat tepian wana, sangat indah dan sejuk suasana kala itu. pada malam hari terlihat cahaya lampu di lautan yang tak lain ialah lampu perahu nelayan yang sedang melaut, riuh ombak menerpa tepian pantai, suatu pemandangan yang jarang dijumpai, apalagi di Ibu Kota. kami mencoba beberapa seafood di sebuah rumah makan yang tidak jauh dari pantai.




satu kejadian yang membuat saya geli dan juga agak sedih ialah sweater warna silver milik saya ketinggalan di kamar hotel tempat kami menginap, duh… sayang banget ya.
 

0 komentar:

Post a Comment