Hari Baik untuk Perkawinan?

Menentukan Hari Baik?
sudah lama tidak menulis di blog ini. ditengah kesibukan pekerjaan dan perkuliahan, kali ini saya menyempatkan sedikit waktu untuk menorehkan apa yang ada di benak ini. dalam kesempatan ini saya mau sedikit menulis tentang salah satu kebiasaan orang khususnya di Indonesia yang cukup "njlimet" dalam kaitannya mencari tanggal pernikahan. tidak sedikit orang, tepatnya para orang tua, begitu getol mencari hari "yang baik/bagus" untuk hari H pelaksanaan pernikahan. aku merasa geli dalam melihat fenomena ini. sejauh pantauan saya selama ini, hari H itu ditentukan berdasarkan hal-hal tertentu yang berkenaan dengan hari lahir (bahasa jawa: weton) kedua mempelai dan/atau hari kematian anggota keluarga kedua mempelai.
lalu bagaimana pandangan Islam tentang hal ini? pada dasarnya Islam itu agama yang membawa kemudahan alias tidak mempersulit segala sesuatu. Islam begitu detil dalam mengatur setiap kehidupan manusia, terlebih
dalam hal perkawinan yang merupakan hal sakral bagi kehidupan manusia.


Bagaimana Pandangan Islam tentang Hal Ini?
dalam Islam, dilarang mencela masa, karena semua hari itu pada dasarnya adalah baik. ini yang menjadi pegangan bagi saya. Allah sendiri berfirman bahwa Dia-lah yang mengatur siang dan malam. mencela waktu dengan menyatakan bahwa hari ini, bulan ini adalah hari atau bulan sial atau membuat celaka, maka sama saja mencela Sang Pengatur Waktu, Allah. Perlu diketahui bahwa mencela waktu bisa membuat terjerumus dalam dosa bahkan bisa terjerumus dalam perbuatan syirik akbar.
Rasulullah juga berwasiat akan hal ini dengan sabdanya, 
لَا تَسُبُّوْا الدَّهْرَ فَإِنَّ اللهَ هُوَ الدَّهْرُ
Janganlah kamu mencela masa, karena Allah adalah masa!” [HR. Muslim dalam Shohih-nya (2246), dan Ahmad dalam Al-Musnad (9126)]
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِيْنِيْ ابْنُ آدَمَ يَقُوْلُ يَا خَيْبَةَ الدَّهْرِ فَلَا يَقُوْلَنَّ أَحَدُكُمْ يَا خَيْبَةَ الدَّهْرِ فَإِنِّيْ أَنَا الدَّهْرُ أُقَلِّبُ لَيْلَهُ وَنَهَارَهُ

“Allah Azza wa Jalla berfirman: ” Anak adam manyakiti-Ku; anak Adam berkata, “Wah, Celaka karena masa”. Janganlah seorang diantara kalian berkata, “Wah, Celaka karena masa“, karena Aku dalah masa, Aku membolak-balikkan malam dan siang“. [HR. Bukhariy dalam Shohih-nya (4826), Muslim dalam Shohih-nya (2246)].
komentar saya: mencela waktu berarti juga mencela Sang Pengatur Waktu, Allah. jadi sudah semestinya kita menjauhi perbuatan ini.
Pandangan Ulama?
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah-rahimahullah- berkata, “Pencela masa akan berkisar dalam dua perkara; ia harus terkena oleh salahsatunya: entah ia mencela Allah, ataukah ia musyrik (memperserikatkan Allah), karena jika ia meyakini bahwa masa adalah pelaku bersama Allah, maka ia adalah musyrik. Jika ia meyakini bahwa Allah saja yang melakukan hal itu, sedang ia mencela yang melakukannya, maka sungguh ia telah mencela Allah“. [Lihat Zaadul Ma’ad (2/323), dengan tahqiq Al-Arna’uth, cet. Mu’assasah Ar-Risalah, 1407 H]
(bersambung, insyaAllah)

0 komentar:

Post a Comment